Nama : Ananda Rahmawati Susilo
NIM : 21413241014
Departemen : Pendidikan Sosiologi-A 2021
Dosen Pengampu : Aris Martiana, M.Si.
Mata Kuliah : Profesionalisme Sumber Daya Manusia
BUDAYA DAN SOSIAL
MASYARAKAT JAWA
Indonesia memiliki berbagai keragaman baik keragaman budaya maupun
keragaman letak geografis. Masyarakat Adat Jawa menjadi salah satu dari
keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Masyarakat Jawa teletak di pulau
Jawa yang memiliki akan banyaknya budaya, dan masyarakat Jawa ini menjadi salah
satu kelompok etnis terbesar di Indonesia. Sehingga masyarakat Jawa merupakan
salah satu bentuk societas manusia Indonesia yang termasuk ke dalam
kelompok budaya. Kehidupan masyarakat Jawa bersifat kompleks dan beraga di mana
terdapat berbagai tradisi dan kebudayaan, cara berinteraksi dengan sesama
manusia dan kepercayaan yang dianutnya.
Kebudayaan, Sosial dan Ciri Khas Masyarakat Jawa
Kebudayaan meliputi bagaimana cara hidup masyarakat yang mencakup
cara mereka bersikap, menggunakan pakaian, tutur bahasa, ibadah, dan
norma-norma tingkah laku, serta sistem kepercayaan.
Masyarakat Jawa sebagian besar menganut agama Islam, namun beberapa
masih ada yang mewarisi agama nenek moyang yaitu beragama Hindu atau Budha, dan
sebagian lain ada yang menganut agama Nasrani seperti Kristen maupun Katolik.
Pada masyarakat Jawa, agama Islam terdapat dua golongan yaitu golongan Islam
murni atau santri dan Islam Kejawen. Menurut Koentjaraningrat (1995:211)
mengatakan bahwa masyarakat Jawa yang menganut Islam santri biasanya tinggal di
daerah pesisir seperti Surabaya, Gresik, dan sebagainya, sedangkan yang
menganut Islam Kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, dan Bagelen.
Dasar-dasar budaya Jawa tentang Islam membahas mengenai budaya sesuatu, maka
tidak akan lepas kaitannya dengan adat atau tradisi maupun kebiasaan dari
tempat budaya tersebut berasal.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki tiga wujud,
diantaranya yaitu:
- Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya.
- Wujud
kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
- Wujud
kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia. Di mana wujud pertama bersifat
abstrak, tidak dapat diraba atau difoto, wujud yang kedua bersifat tentang pola
tingkah laku manusia dan dapat diobservasi, difoto, dan didokumentasi.
Koentjaraningrat juga membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang
terdiri dari sistem regili dan upacara keagaamaan, sistem dan organisasi
masyarakat, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian,
serta teknologi dan peralatan. Budaya masyarakat Jawa mencakup berbagai aspek
kehidupan sehari-hari seperti bahasa, agama, kesenian, dan adat istiadat.
a. Bahasa:
masyarakat Jawa, bahasa yang utama digunakan yaitu Bahasa Jawa, dengan berbagai
kata dan ungkapan yang dapat mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa.
b. Agama:
Sebagian besar masyarakat Jawa menganut agama Islam, dan beberapa masih ada
yang menganut unsur kepercayaan animism dan sebagainya.
c. Kesenian:
Masyarakat Jawa memiliki berbagai kesenian tradisional, misalnya seni wayang
seperti wayang kulit yang menjadi kesenian tradisional di Jawa yang memiliki
pesan moral dan budaya. Tari tradiosional Jawa misalnya tari Topeng, tari Ramayana,
yang memiliki nilai budaya dan memiliki makna simbolik. Selain itu, terdat
berbagai kesenian lain pada budaya Jawa seperti batik, busana adat kebaya, rumah
adat jawa, alat-alat musik tradiosional, dan lain sebagainya.
d. Upacara Adat: Pada masyarakat Jawa terdapat berbagai upacara adat seperti pada pernikahan, kelaniran, maupun kematian, yang melibatkan banyak simbol dan prosesi khusus.
Budaya masyarakat yang melekat menjadikan masyarakat Jawa sangat
menjunjung nilai-nilai luhur dari kebudayaan. Salah satu kebudayaan dalam
Masyarakat Jawa yaitu tradisi Nyadran, yang dilakukan secara turun menurun.
Adapun berbagai tradisi dalam penanggalan Jawa yang lain yaitu seperti Suranan,
Muludan, dan Syawalan.
Pada aspek sosial, masyarakat Jawa dikenal dengan sikap sosialnya
yang sangat menjunjung tinggi tata krama dengan dasar moral yang baik serta
cara berpikir masyarakat Jawa yang seremonial terhadap suatu acara. Lingkungan masyarakat
Jawa memelihara hubungan yang baik terhadap sesama manusia, misalnya dengan
menerapkan sikap gotong royong dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat
Jawa juga memiiki sistem hierarki yang kuat, di mana mereka memberikan
penghormatan kepada yang lebih tua dan yang memiliki status sosial yang lebih
tinggi.
Ciri khas yang menjadi kekhasan masyarakat Jawa sehingga berbeda
dengan masyarakat lainnya salah satunya yaitu masyarakat Jawa dikenal dengan
lembut dan sopan dalam berbicara dan bertindak, yang mencerminkan nilai-nilai
kesopanan dalam budaya Jawa. Dalam kebudayaan Jawa dilakukan untuk mempererat
hubungan sosial, misalnya pada budaya kenduri, di mana mereka melakukan upacara
adat dengan makan bersama. Selain itu, pada masyarakat Jawa memiliki sikap
spiritual yang tercermin dalam seni, adat istiadat, dan kepercayaan. Sehingga berbagai
keunikan budaya, sistem sosial, dan nilai-nilai tradisional pada masyarakat
Jawa, menjadi ciri khas dan membedakan masyarakat Jawa dengan masyarakat
lainnya di Indonesia.
Analisis Kehidupan Masyarakat Jawa secara Sosiologis
Sumber: https://goodminds.id/suku-jawa/
Sosiologi menjadi ilmu yang membahas mengenai berbagai aspek dalam
masyarakat serta pengaruhnya terhadap manusia. Menurut Endraswara (2003:140
mengatakan bahwa masyarakat Jawa mempunyai prinsip hidup yang yakiki yaitu
menyeimbangkan diri sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Pada
aspek sosiologi dapat membahas mengenai perilaku atau gejala sosial yang
terjadi pada masyarakat Jawa. Di mana di dalamnya terdapat susunan masyarakat
Jawa, dan bagaimana kehidupan masyarakat Jawa yang dipenuhi dengan sikap sosial
yang menjunjung tinggi tata krama dengan dasar moral.
Masyarakat Jawa memilikistruktur sosial yang hierarki, dengan memperlihatkan
penghormatan masyarakat kepada mereka yang lebih tua dan mereka yang memiliki
status sosial yang lebih tinggi. Struktur sosial tersebut dapat melibatkan
mengenai kelas sosial, hierarki dalam keluarga, dan sistem nilai yang
mempengaruhi kedudukan seseorang dalam masyarakat. Dalam masayrakat Jawa,
terdapat tiga golongan yaitu:
- Bendara, adalah masyarakat Jawa yang terdiri dari keluarga keraton dan
keturunan bangsawan.
- Priyayi, adalah bagian masyarakat Jawa yang terdiri dari pegawai negeri dan
kaum terpelajara.
- Wong
cilik, adalah bagian masyarakat Jawa yang
terdiri atas petani, tukang, dan pekerja keras lainnya.
Bendara dan Priyayi termasuk pada
status sosial atas, sedangkan wong cilik termasuk dalam status sosial bawah.
Selain itu dalam sosologis, masyarakat Jawa memiliki sistem nilai
yang kuat seperti kesopanan dalam berbicara dan bertindak. Nilai-nilai dan
kepribadian masyarakat Jawa dapat mempengaruhi interaksi sosial, seperti
bagaimana seseorang berbicara dengan mereka yang lebih tua dan mereka yang memiliki
status sosial yang lebih tinggi. Dalam penggolongan struktur dan status sosial
dalam masyarakat itu terikat dan mewujudkan susunan atas dasar kekeluargaan
yaitu dengan sellau gotong royong, tolong-menolong, dan tukar menukar. Dasar moral
masyarakat Jawa yaitu terletak pada hubungan dan kewajiban antara seseorang
yang tidak memiliki status sosial yang sama.
Sehingga masyarakat Jawa senantiasa menjaga hububgan sosial dalam
masyarakat dan menempatkan dirinya sesuai dengan status dan fungsinya
masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan teori sosiologi yaitu Teori Fungsionalisme
Struktural. Di mana dalam Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh
Talcott Parsons, yang menganggap struktur sosial atau hierarki sebagai suatu
keharusan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat. Dalam
masyarakat Jawa, seperti yang dijelaskan di atas bahwa dengan adanya hierarti
yang kuat mereka memiliki penghormatan kepada mereka yang lebih tua dan mereka
yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. hal tersebut berperan dalam
menjaga keseimbangan dan stabilitas masyarakat melihat setiap individu memiliki
peran dan tanggungjawab sesuai dengan sstatus, peran dan fungsinya
masing-masing. Sehingga secara sosiologis, kehidupan masyarakat Jawa
menunjukkan bagaimana masyarakat memahami struktur atau status sosial dalam masyarakat,
nilai-nilai budaya, dan norma sosial dalam menjaga keseimbangan sosial
masyarakat, serta melihat peran dan fungsi sosial dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Sehingga melihat hal-hal di atas, profesionalisme masyarakat Jawa dapat dilihat dari cara mereka berperilaku dan menjalani pekerjaan yang sesuai dengan standar, etika, moral, dan budaya seperti dalam budaya Jawa itu sendiri. Masyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat yang memiliki etika dan kesopanan serta penghormatan kepada seseorang yang berada di atasnya, sehingga dalam lingkungan kerja mereka dapat berkomitmen terhadap nilai-nilai budaya Jawa yang berlaku dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya dan norma sosial yang diterapkan dalam kehidupan mereka, dapat juga berlaku dalam konteks pekerjaan mereka, dengan melihat bagaimana pentingnya budaya dan etika dalam menjalani kehidupan professional pada masyarakat Jawa.
Referensi:
Choirozyad, Sukmayanti P, Faisal, MI. (2021) ASPEK SOSIOLOGIS,
AGAMA, DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institusi
Agma Islam Negeri Kudus. Diakses pada https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-kudus/islam-dan-budaya-lokal/aspek-sosiologis-agama-dan-budaya-masyarakat-jawa/43354159
Istiqomah, N., Doyin, M., & Sumartini,
S. (2014). Sikap hidup orang jawa dalam novel orang-orang proyek karya Ahmad
Tohari. Jurnal Sastra Indonesia, 3(1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar