Kamis, 21 Desember 2023

Permasalahan Budaya Organisasi Pada Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis


UJIAN TENGAH SEMESTER
PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA

Nama                           : Ananda Rahmawati Susilo

NIM                            : 21413241014

Departemen                 : Pendidikan Sosiologi-A 2021

Dosen Pengampu        : Aris Martiana, M.Si.

 

 

Permasalahan Budaya Organisasi Pada Pegawai 

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis


Sumber:https://dpkp.ciamiskab.go.id/

Sumber:https://news.unair.ac.id/2021/01/26/


Menurut Hasibuan (2012) menyatakan bahwa manusia berperan aktif dan dominan dalam stiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Sehingga dari hal tersebut, suatu perusahaan dapat mengalami kemajuan yang dkitentukan oleh sumber daya manusia yang mampu menghasilkan kenerja mereka dengan baik. Perusahaan maupun organisasi tertentu pasti akan memperhatikan kinerja dari setiap pagawainya yang menjadi hal penting dalam mencapai tujuan perusahaan maupun organisasi tersebut. Menurut Kartiwa dalam Anandarika (2016) mengatakan bahwa ia menemukan beberapa hal yang menjadi penyebabkan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi buruk yaitu diantaranya budaya kerja di dalam suatu organisasi.

Pengelolaan sumber daya manusia potensial menjadi tugas utama yang ditujukan kepada manajemen, di mana pengelolaan sumber daya manusia tersebut menjadi hal yang sangat penting sebagai cara untuk mendapatkan keberhasilan suatu tujuan yang diinginkan. Kinerja pegawai dalam suatu perusahan menjadi dasar bagi pencapaian tujuan dan prestasi perusahaannya. Namun melihat budaya yang dimiliki setiap suku bangsa di Indonesia memiliki sistem nilai dan norma yang berbeda-beda dalam mengatur anggota, sehingga dalam suatu organisasi juga memiliki budaya yang mengatur anggota dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Menurut Moosvi dan Imran (2018) mengatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai, di mana peggawai merasa dirinya telah menjadi bagian dari budaya organisasi tersebut dan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai didalamnya.

Dalam mewujudkan budaya organisasi yang tepat untuk ditetapkan dalam suatu organisasi, diperlukan adanya dukungan dan partisipasi seluruh anggota yang ada dalam lingkungan organisasi tersebut. Pegawai tersebut mampu membentuk persepsi keseluruhan berdasarkan budaya organisasi seperti inovasi, keagresifan, kemantapan, orientasi hasil dan orang, perhatian terhadap hal rinci, dan orientasi terhadap tim.

Permasalahan pada budaya organisasi dapat dilihat dari fenomena budaya organisasi pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan referensi, dalam hal ini pegawai dinas tersebut kurang mampu untuk bekerja secara professional dan budaya organisasi yang kurang kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus pegawai yang sering terlambat maupun tidak hadir dalam kerja tanpa keterangan, dan terlambat ketika ikut apel, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja selesai. Permasalahan tersebut akan secara langsung berdampak terhadap kinerja pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis.

Budaya organisasi akan berfungsi secara efektif apabila pegawainya dapat menerapkan budaya organisasi tersebut sebagai suatu kebiasaan dalam mengerjakan pekerjaannya dengan tanggung jawab. Permasalahan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis melibatkan karakteristik budaya organisasi, kepatuhan pegawai terhadap budaya organisasi yang diterapkan, dan dampaknya terhadap kinerja dan kerja sama antar pegawai lainnya. Di mana dalam Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis tersebut masih kurangnya komunikasi antar anggota pegawai yang dapat menyebabkan keterlambatan penyelesaian tugas, dan beberapa pegawai yang kurang mampu bekerja secara professional. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya organisasi menjadi salah satu hubungan dalam permasalahan ini. Seperti hal menurut Dwiyanto (2005) yang mengemukakan bahwa budaya organisasi yang kuat akan menumbuhkembangkan rasa tanggungjawab yang besar dalam diri anggota organisasi, sehingga mampu menampilkan kinerja yang memuaskan dan dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Oleh karena itu, budaya organisasi perlu ditinggatkan melihat bahwa dengan budaya organisasi yang kuat maka akan memberikan dampak pada kinerja pegawai yang lebih baik.

 

Upaya Meminimalisir Permasalahan

a.    Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis perlu menerapkan budaya organisasi yang lebih kuat dan menekankan pada peningkatan kualitas dan kuantitas kerja untuk mempertahankan kemantapan dalam melakukan perkerjaan sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

b.      Meningkatkan keterbukaan dan komunikasi yang baik antara manajer kantor dengan pegawai dan melakukan kerja sama yang baik serta memaksimalkan waktu dalam bekerja, sehingga kinerja pegawai akan semakin meningkat.

c.   Pegawai organisasi tersebut perlu melakukan kerja sama tim dan menjalin komunikasi antar anggota dengan baik dan efektif.

d.  Keterbukaan dan kepedulian terhadap sesama anggota dengan saling memotivasi agar dapat kontributif, kreatif, inovatif dalam bekerja, dan semangat kerja pegawai semakin meningkat sehingga tujuan perusahaan akan tercapai dan kinerja pegawai akan lebih meningkat.

e.   Melakukan evalusi dan umpan balik secara rutin mengenai pengalaman dan tanggung jawab pegawai terhadap tugasnya.

 


Referensi:

Dira, A. A., Kusniawati, A., & Muhidin, A. (2020). Pengaruh Budaya Organisasi dan Teamwork terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis). Business Management and Entrepreneurship Journal2(2).


Selasa, 24 Oktober 2023

Budaya dan Sosial Masyarakat Jawa||Dalam Perspektif Sosiologi


Nama                           : Ananda Rahmawati Susilo

NIM                            : 21413241014

Departemen                 : Pendidikan Sosiologi-A 2021

Dosen Pengampu        : Aris Martiana, M.Si.

Mata Kuliah                : Profesionalisme Sumber Daya Manusia 


BUDAYA DAN SOSIAL 

MASYARAKAT JAWA

Sumber: https://goodminds.id/suku-jawa/

Indonesia memiliki berbagai keragaman baik keragaman budaya maupun keragaman letak geografis. Masyarakat Adat Jawa menjadi salah satu dari keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Masyarakat Jawa teletak di pulau Jawa yang memiliki akan banyaknya budaya, dan masyarakat Jawa ini menjadi salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia. Sehingga masyarakat Jawa merupakan salah satu bentuk societas manusia Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok budaya. Kehidupan masyarakat Jawa bersifat kompleks dan beraga di mana terdapat berbagai tradisi dan kebudayaan, cara berinteraksi dengan sesama manusia dan kepercayaan yang dianutnya.

 

Kebudayaan, Sosial dan Ciri Khas Masyarakat Jawa

Kebudayaan meliputi bagaimana cara hidup masyarakat yang mencakup cara mereka bersikap, menggunakan pakaian, tutur bahasa, ibadah, dan norma-norma tingkah laku, serta sistem kepercayaan.

Masyarakat Jawa sebagian besar menganut agama Islam, namun beberapa masih ada yang mewarisi agama nenek moyang yaitu beragama Hindu atau Budha, dan sebagian lain ada yang menganut agama Nasrani seperti Kristen maupun Katolik. Pada masyarakat Jawa, agama Islam terdapat dua golongan yaitu golongan Islam murni atau santri dan Islam Kejawen. Menurut Koentjaraningrat (1995:211) mengatakan bahwa masyarakat Jawa yang menganut Islam santri biasanya tinggal di daerah pesisir seperti Surabaya, Gresik, dan sebagainya, sedangkan yang menganut Islam Kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, dan Bagelen. Dasar-dasar budaya Jawa tentang Islam membahas mengenai budaya sesuatu, maka tidak akan lepas kaitannya dengan adat atau tradisi maupun kebiasaan dari tempat budaya tersebut berasal.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki tiga wujud, diantaranya yaitu:

-   Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

-  Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

-   Wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia. Di mana wujud pertama bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau difoto, wujud yang kedua bersifat tentang pola tingkah laku manusia dan dapat diobservasi, difoto, dan didokumentasi.

Koentjaraningrat juga membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem regili dan upacara keagaamaan, sistem dan organisasi masyarakat, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta teknologi dan peralatan. Budaya masyarakat Jawa mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti bahasa, agama, kesenian, dan adat istiadat.

a.       Bahasa: masyarakat Jawa, bahasa yang utama digunakan yaitu Bahasa Jawa, dengan berbagai kata dan ungkapan yang dapat mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa.

b.   Agama: Sebagian besar masyarakat Jawa menganut agama Islam, dan beberapa masih ada yang menganut unsur kepercayaan animism dan sebagainya.

c.    Kesenian: Masyarakat Jawa memiliki berbagai kesenian tradisional, misalnya seni wayang seperti wayang kulit yang menjadi kesenian tradisional di Jawa yang memiliki pesan moral dan budaya. Tari tradiosional Jawa misalnya tari Topeng, tari Ramayana, yang memiliki nilai budaya dan memiliki makna simbolik. Selain itu, terdat berbagai kesenian lain pada budaya Jawa seperti batik, busana adat kebaya, rumah adat jawa, alat-alat musik tradiosional, dan lain sebagainya.

d.      Upacara Adat: Pada masyarakat Jawa terdapat berbagai upacara adat seperti pada pernikahan, kelaniran, maupun kematian, yang melibatkan banyak simbol dan prosesi khusus.

Budaya masyarakat yang melekat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung nilai-nilai luhur dari kebudayaan. Salah satu kebudayaan dalam Masyarakat Jawa yaitu tradisi Nyadran, yang dilakukan secara turun menurun. Adapun berbagai tradisi dalam penanggalan Jawa yang lain yaitu seperti Suranan, Muludan, dan Syawalan.

Pada aspek sosial, masyarakat Jawa dikenal dengan sikap sosialnya yang sangat menjunjung tinggi tata krama dengan dasar moral yang baik serta cara berpikir masyarakat Jawa yang seremonial terhadap suatu acara. Lingkungan masyarakat Jawa memelihara hubungan yang baik terhadap sesama manusia, misalnya dengan menerapkan sikap gotong royong dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Jawa juga memiiki sistem hierarki yang kuat, di mana mereka memberikan penghormatan kepada yang lebih tua dan yang memiliki status sosial yang lebih tinggi.

Ciri khas yang menjadi kekhasan masyarakat Jawa sehingga berbeda dengan masyarakat lainnya salah satunya yaitu masyarakat Jawa dikenal dengan lembut dan sopan dalam berbicara dan bertindak, yang mencerminkan nilai-nilai kesopanan dalam budaya Jawa. Dalam kebudayaan Jawa dilakukan untuk mempererat hubungan sosial, misalnya pada budaya kenduri, di mana mereka melakukan upacara adat dengan makan bersama. Selain itu, pada masyarakat Jawa memiliki sikap spiritual yang tercermin dalam seni, adat istiadat, dan kepercayaan. Sehingga berbagai keunikan budaya, sistem sosial, dan nilai-nilai tradisional pada masyarakat Jawa, menjadi ciri khas dan membedakan masyarakat Jawa dengan masyarakat lainnya di Indonesia.

 

Analisis Kehidupan Masyarakat Jawa secara Sosiologis

Sumber: https://goodminds.id/suku-jawa/


Sosiologi menjadi ilmu yang membahas mengenai berbagai aspek dalam masyarakat serta pengaruhnya terhadap manusia. Menurut Endraswara (2003:140 mengatakan bahwa masyarakat Jawa mempunyai prinsip hidup yang yakiki yaitu menyeimbangkan diri sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Pada aspek sosiologi dapat membahas mengenai perilaku atau gejala sosial yang terjadi pada masyarakat Jawa. Di mana di dalamnya terdapat susunan masyarakat Jawa, dan bagaimana kehidupan masyarakat Jawa yang dipenuhi dengan sikap sosial yang menjunjung tinggi tata krama dengan dasar moral.

Masyarakat Jawa memilikistruktur sosial yang hierarki, dengan memperlihatkan penghormatan masyarakat kepada mereka yang lebih tua dan mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Struktur sosial tersebut dapat melibatkan mengenai kelas sosial, hierarki dalam keluarga, dan sistem nilai yang mempengaruhi kedudukan seseorang dalam masyarakat. Dalam masayrakat Jawa, terdapat tiga golongan yaitu:

-     Bendara, adalah masyarakat Jawa yang terdiri dari keluarga keraton dan keturunan bangsawan.

-      Priyayi, adalah bagian masyarakat Jawa yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajara.

-     Wong cilik, adalah bagian masyarakat Jawa yang terdiri atas petani, tukang, dan pekerja keras lainnya.

    Bendara dan Priyayi termasuk pada status sosial atas, sedangkan wong cilik termasuk dalam     status sosial bawah.

Selain itu dalam sosologis, masyarakat Jawa memiliki sistem nilai yang kuat seperti kesopanan dalam berbicara dan bertindak. Nilai-nilai dan kepribadian masyarakat Jawa dapat mempengaruhi interaksi sosial, seperti bagaimana seseorang berbicara dengan mereka yang lebih tua dan mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Dalam penggolongan struktur dan status sosial dalam masyarakat itu terikat dan mewujudkan susunan atas dasar kekeluargaan yaitu dengan sellau gotong royong, tolong-menolong, dan tukar menukar. Dasar moral masyarakat Jawa yaitu terletak pada hubungan dan kewajiban antara seseorang yang tidak memiliki status sosial yang sama.

Sehingga masyarakat Jawa senantiasa menjaga hububgan sosial dalam masyarakat dan menempatkan dirinya sesuai dengan status dan fungsinya masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan teori sosiologi yaitu Teori Fungsionalisme Struktural. Di mana dalam Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parsons, yang menganggap struktur sosial atau hierarki sebagai suatu keharusan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat. Dalam masyarakat Jawa, seperti yang dijelaskan di atas bahwa dengan adanya hierarti yang kuat mereka memiliki penghormatan kepada mereka yang lebih tua dan mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. hal tersebut berperan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas masyarakat melihat setiap individu memiliki peran dan tanggungjawab sesuai dengan sstatus, peran dan fungsinya masing-masing. Sehingga secara sosiologis, kehidupan masyarakat Jawa menunjukkan bagaimana masyarakat memahami struktur atau status sosial dalam masyarakat, nilai-nilai budaya, dan norma sosial dalam menjaga keseimbangan sosial masyarakat, serta melihat peran dan fungsi sosial dapat berjalan sebagaimana mestinya.

 Sehingga melihat hal-hal di atas, profesionalisme masyarakat Jawa dapat dilihat dari cara mereka berperilaku dan menjalani pekerjaan yang sesuai dengan standar, etika, moral, dan budaya seperti dalam budaya Jawa itu sendiri. Masyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat yang memiliki etika dan kesopanan serta penghormatan kepada seseorang yang berada di atasnya, sehingga dalam lingkungan kerja mereka dapat berkomitmen terhadap nilai-nilai budaya Jawa yang berlaku dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya dan norma sosial yang diterapkan dalam kehidupan mereka, dapat juga berlaku dalam konteks pekerjaan mereka, dengan melihat bagaimana pentingnya budaya dan etika dalam menjalani kehidupan professional pada masyarakat Jawa.

 





Referensi:

Choirozyad, Sukmayanti P, Faisal, MI. (2021) ASPEK SOSIOLOGIS, AGAMA, DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institusi Agma Islam Negeri Kudus. Diakses pada https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-kudus/islam-dan-budaya-lokal/aspek-sosiologis-agama-dan-budaya-masyarakat-jawa/43354159

Istiqomah, N., Doyin, M., & Sumartini, S. (2014). Sikap hidup orang jawa dalam novel orang-orang proyek karya Ahmad Tohari. Jurnal Sastra Indonesia3(1).


Selasa, 31 Januari 2023

𝐒𝐞𝐜𝐞𝐫𝐜𝐚𝐡 𝐃𝐢𝐚𝐫𝐲 𝐊𝐊𝐋 𝐁𝐚𝐝𝐮𝐲-𝐁𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 || by ananda.raaa

 

Ananda Rahmawati Susilo

21413241014

 

KKL 2023 Departemen Pendidikan Sosiologi

FISHIPOL UNY Angkatan 2021

Badui – Bandung

16 – 20 Januari 2023



 🎀  𝒟𝑒𝒶𝓇 𝒟𝒾𝒶𝓇𝓎  🎀  

.

.

.

Aku dan teman-teman Departemen Pendidikan Sosiologi Angkatan 2021 menjalani KKL atau Kuliah Kerja lapangan di salah satu Suku pedalaman di Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Namun dari banyaknya keanekaraman suku yang ada di Indonesia, terdapat suku pedalaman yang tidak terekspose dan menutup diri dari dunia luar. YA! itu adalah Suku Badui khususnya Suku Badui Dalam. Suku Badui merupakan sekelompok masyarakat adat Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Mungkin banyak dari beberapa kalangan ataupun orang-orang yang memiliki rasa penasaran dengan keberadaan Suku Badui. Seperti bagaimana kehidupannya, orang-orangnya, adatnya, dan lain sebagainya yang menyangkut Suku Badui. Alhamdulillah, pada kesempatan kala itu aku dan teman-teman Pendidikan Sosiologi angkatan 2021 Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan KKL atau Kuliah Kerja lapangan mengunjungi Suku Badui Dalam. Setelah mengunjungi Suku Badui, kami juga mengunjungi Kota Bandung. Untuk cerita selengkapnya, YUK IKUTI CERITA AKU SELANJUTNYA!!!

Siang hari pada hari Senin, 16 januari 2023 aku dan rombongan melakukan perjalanan menuju Badui dan Bandung. Tepatnya pada pukul 13.00 WIB, kami berkumpul di depan Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta untuk melakukan doa bersama sebelum keberangkatan. Sebelumnya aku berangkat menuju Rektorat bersama teman aku yaitu Hawana, Rahmi, dan Nabila menggunakan transportasi online. Yah, karena barang bawaan kita yang cukup banyak jadi kami putuskan pakai mobil transportasi online, hehee. Sesampainya di depan Gedung Rektorat, aku dan teman-teman semua bergegas berkumpul dan menaruh ransel besar atau koper bawaannya ke dalam bagasi bus masing-masing. Saat itu juga, panitia membagikan snack untuk makan siang kita selama di perjalanan menuju rest area.

Tepat pada pukul 14.00 kami menunggu keberangkatan sambil menunggu teman-teman yang belum sampai. Dan tidak lupa dari penanggungjawab bus dari pihak panitia mengabsen dan membagikkan id card KKL Dilogi 2023. Oiya aku duduk sebelahan dengan Dinda dan aku pilih dekat jendela bus karena aku mabukan jadi supaya bisa lihat perjalanan dan ga jenuh. Setelah menunggu semuanya berkumpul dan memasuki bus nya masing-masing, kami akan berangkat menuju pemberhentian pertama yaitu rest area. Di rest area tersebut kami hanya dikasih waktu untuk buang air dan tidak lama setelahnya kita berangkat lagi menuju rest area untuk makanan malam dan sholat di RM. Pringsewu Cirebon.

Aku dan teman-teman rombongan bus satu, dua, dan tiga melewati tol jalur utara, aku lupa namanya kalau ga salah via jalur toll Trans Jawa. Selama di perjalanan aku menghabiskan waktuku buat melihat jalanan-jalanan, karena entah kenapa aku suka lihat-lihat jalan-jalan saat perjalanan. Dibalik itu juga tidak lupa buat makan jajan, iya jajan yang sorenya beli di Kopma UNY. Di dalam bus juga di fasilitasi bantal dan selimut jadi enak yah buat tidur dan akupun kebanyakan tidur saat perjalanan. Selain itu juga ada music karaoke ya bagus lah bisa buat penghantar tidur hehe. Malam hari saat sampai di daerah Jakarta aku terbangun dan kaget liat samping banyak gedung-gedung besar yah namanya bangun tidur ya agak ngeleg wkw.

Tengah dini hari menuju terminal melewati jalan yang menurut aku lumayan sempit untuk bus dan arus jalan yang berkelok. Sekitar pukul 04.00 WIB atau lebih, aku dan rombongan sampai di Terminal Ciboleger. Di sana aku dan teman-teman semuanya melakukan transit untuk bersih-bersih mandi, sholat, dan makan. Kebetulan di terminal sedang ada acara sehingga dengan jarak yang tidak begitu jauh aku dan teman-teman jalan kaki menuju Terminal Ciboleger. Yah itung-itung buat pemanasan sebelum tracking di Badui ya gais.

Di daerah terminal tersebut ada Mushola untuk kami semua mandi bersih-bersih dan sholat, namun harus antri terlebih dulu. Selain itu juga ada masjid namun juga antri dan hanya ada satu atau dua kamar mandi saja. Kemudian aku dan beberapa temanku memutuskan untuk sholat terlebih dahulu. Karena antrian masih cukup banyak, akhirnya aku dan Rahmi mencari rumah warga untuk menumpang mandi. Kebetulan sebelumnya juga aku dan Rahmi diberi tahu oleh bapak TNI yang menunjuk rumah untuk kita menumpang mandi.

Aku dan Rahmi bergantian untuk mandi dan aku memanggil dua temanku yaitu Nabila dan Dinda untuk ikut juga mandi di rumah warga. Karena kalau tidak nanti pasti akan lama karena masih mengantri dan mereka berdua diarahkan ke rumah depan. Setelah itu selesai mandi aku dan teman memberikan sedikit uang sebagai ucapan terimakasih. Kemudian setelah mandi kami diarahkan untuk makan dan kembali lagi ke bus untuk persiapan menuju Badui menggunakan shuttle. Namun sebelumnya aku dan teman-teman diberi waktu untuk mempersiapkan barang bawaan yang akan dibawa ke Badui. Aku membereskan pakaian kotor ke dalam koper di bagasi dan mengambil barang yang harus dibawa ke Badui yang masih tertinggal di koper.

Setelah beberapa saat aku dan rombongan semuanya melanjutkan perjalanan menuju Terminal Cijahe menggunakan shuttle. Sebelum naik ke shuttle, kami diberi air mineral 1.5liter untuk dibawa saat tracking ke Badui dan satu butir kecil gula jawa. Satu shuttle diisi dengan 12 orang di dalamnya. Selama perjalanan naik shuttle diiringi dengan jalan yang berkelok dan jalanan yang masih banyak bebatuan. Agak syock dan deg-degan juga tapi seru hehe, tapi aku harus pegangan ke atas karena aku duduk di dekat pintu sehinggga tidak ada bancikan untuk kaki ataupun tangan untuk ke depan.



Setelah lamanya perjalanan yang membuat deg-degan sekitar satu jam an, kami serombongan sampai di Terminal Cijahe. Di situlah kami di sambut dengana danya beberapa anak-anak dari Suku Badui Dalam. Mereka datang untuk menjadi Porter, membawakan tas atau barang bawaan diantara kami yang ingin. Jasa Porter dari anak-anak Badui itu dikasih harga seikhlasnya, namun kebanyakan untuk berangkat dan pulang tracking biasanya sekitaran 50.000 atau 100.000 bahkan lebih.

Di Terminal Cijahe kita berhenti sejenak untuk membagikan kelompok sesuai dengan rumah ketika di Badui, dan ada beberapa yang ke kamar mandi. Oiya saat itu juga kami dibagikan buku dan bolpoint dari biro CS Holiday masing-masing satu. Aku kebagian kelompok kamar 2 dan kelompok 1, 2, dan 10 mulai tracking paling awal di depan. Aku dan teman-teman melakukan tracking selama kurang lebih dua jam an. Saat tracking menuju Badui Dalam aku tidak menggunakan Porter karena mengira ya aku kuat, hehee. Ternyata setelah beberapa menit melakukan tracking, perjalanan yang ditempuh sangat amat menguras energi di manaalanan yang menanjak dan banyaknya kebatuan. Namun aku mencari Porter lain ternyata mereka sudah memegang barang-barang tas dua sampai tiga per orang. Karena kasihan jadi aku tidak menambah beban mereka.


Rasanya udah ga karuan, capek benar-benar capek namun harus tetap melanjutkan perjalanan menuju Badui Dalam. Selama tracking tersebut kami sempat beberapa kali berhenti untuk istirahat dan minum namun hanya sebentar. Karena mengingat perjalanan tracking yang ditempuh masih cukup Panjang dan jauh. Oiya kami juga melewati permukiman Suku Badui Luar juga lho. Ternyata orang-orang sana ramah-ramah juga dan tidak sesekali menyapa.

Setelah sekitar dua jam atau lebih kami serombongan melakukan tracking menuju Badui Dalam, kami akhirnya sampai di permukiman Suku Badui Dalam. Kemudian kami masing-masing kelompok diarahkan ke rumah masing-masing yang akan ditempati selama di Badui. Pertama kali mata melihat, wah sangat indah sekali pemandangan-pemandangan alam yang masih sangat asri. Banyaknya berbagai tanaman subur yang tumbuh di sekitaran Suku Baduy Dalam yang menandakan bahwa alam di sana masih sangat terjaga kelestariannya.

Selanjutnya, sesampainya di rumah yang aku tempati tersebut, hujan turun dengan sedikit deras. Alhamdulillah kami bersyukur disambut dengan hujan dan tidak kehujanan ketika di jalan. Di sana kami diberi waktu untuk istirahat dan kami juga disuguhi makanan dari pemilik rumah yang kami tinggali. Aku dan teman serumah jalan-jalan menuju sungai karena ingin buang air kecil dan awalnya melihat-lihat di sungai ada anak kecil sedang mandi bermain air, para perempuan yang mencuci baju, alat-alat, dan buang air di sungai. Karena kami tidak melihat tempat tertutup untuk buang air kecil, akhirnya kami kembali ke rumah dan tidak lupa sholat. Sebelum menjelang maghrib kami diberitahu bahwa ada tempat air mengalir di seberang jembatan dan kemudian kami serumah ke sana.

Di sana kami perlu mengantri untuk buang air dan wudhu dengan teman-teman yang lainnya. Buang air kecil pun di tempat yang terbuka dan kami memakai jarik untuk penutupnya. Setelah dari sungai kami bersama rombongan pengunjung berkumpul di salah satu tempat yang lapang untuk berdiskusi dan wawancara bersama Jaro atau ketua adat. Ada berbagai macam perwakilan daqri kami yang bertanya seputar apa yang ingin diketahui tentang Suku Baduy Dalam itu. Hal ini yang menjadi pengalaman yang terkesan karena kami benar-benar merasakan kehidupan sebagai Suku Baduy Dalam. Di mana mereka benar-benar menjalankan kehidupannya dengan kesederhanaan. Kami semua sebagai pengunjung pun diberikan beberapa aturan seperti untuk tidak menggunakan gadget atau alat elektronik, menuju tempat yang dilarang, dan lain sebagainya.

Aku pikir kunjungan kali ini dapat dikatakan berbeda dari kunjungan-kunjungan yang sebelumnya di mana kunjungan biasanya cenderung hanya berpusat pada tempat-tempat wisata yang semua orang bisa datang ke sana. Namun kali ini memiliki kesempatan untuk mencoba sebuah pengalaman yang lebih berbeda yaitu mengunjungi Suku Baduy Dalam. Suku Baduy Dalam merupakan suku yang sangat tertutup dan masyarakatnya jauh dari kontaminasi dunia luar dan modernisasi. Modernisasi dapat mempermudah kehidupan kita di mana semuanya dapat dilakukan dengan praktis, misalnya saja ketika menginginkan makanan atau perlengkapan kita dapat dengan mudah memanfaatkan gadget.

Namun di lain sisi, dengan adanya modernisasi yang dapat memudahkan sesuatu yang kita inginkan, tetapi modernisasi juga dapat menimbulkan sebuah permasalahan yang ada dalam kehidupan. Sehingga dalam hal ini, masyarakat Suku Baduy Dalam memiliki kesederhanaan akan hal tersebut, di mana dengan tidak menggunakan gadget mereka dapat selalu bahagia dan tidak memiliki beban dari dunia luar. Mereka hidup dengan kesederhanaan, solidaritas, dan sikap kekeluargaan yang harmonis. Hal tersebut dapat menjadikan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa ketika berada di Suku Baduy Dalam

Melihat kehidupan yang serba menjunjung tinggi solidaritas dan kekeluargaan dan adanya sikap ramah dan saling tolong menolong. Adanya berbagai larangan dan perintah ataupun aturan di Suku Baduy Dalam seperti larangan menggunakan gadget atau alat teknologi dan transportasi, tidak boleh menggunakan alas kaki, pintu rumah menghadap selatan atau utara, dan masih banyal lagi aturan yang lainnya. Tentang sebuah tradisi, adat istiadat, dan peraturan yang ada di Suku Baduy memiliki keistimewaan di mana masyarakat kental akan budaya yang ada. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang dapat di ambil seperti hidup bersama tanpa melibatkan teknologi, sosialisasi bersama, sikap solidaritas dan kekeluargaan, dan mencintau alam karena di Suku Baduy Dalam bergantung dengan alam yang asri dan kehidupan yang damai.

Kemudian kamu melanjutkan malam hari di dalam rumah saja dan sehabis maghrib kami dihidangkan kembali dengan masakan yang sudah dimasak oleh tuan rumah. Setelah selesai makan kami santai-santai, ganti baju, dan bercerita-cerita. Oiya kita ganting bajunya di dalam rumah pakai tirai sarung lho hehe pokoknya lucu deh. Selain itu juga mengingat benar-benar tidak ada listrik jadi di Suku Badui Dalam sangat gelap. Sehingga kami membawa senter dan menggunakannya di malam hari karena kami juga tidak terbiasa dalam kegelapan seperti itu. Namun sebelumnya salah satu diantara kami juga izin kepada pemilik rumah ketika akan menyalakan senter. Nah! Hampir saja lupa, di rumah yang kami tinggal ada anak kecil bernama Juna. Dia kecil lucu sekali dan pada saat siang hari atau sore hari kami juga bercanda-canda dan mencoba ngobrol bersama Janu. Kami juga sedikit memberikan makanan yang kami bawa untuk Janu dan orang tuanya.

Tidak larut malam, kami pukul 20.00 WIB sudah mulai bersiap-siap untuk tidur. Setelah kami tidur semalam, kami ber terbangun pikul 04.00 WIB pagi dan kami memutuskan untuk ke sungai buang air kecil, bersih-bersih dan wudhu. Oiya kami bersih-bersih hanya pakai air saja karena mengingat di Badui tidak boleh menggunakan sabun atau smeua yang berkaitan dengan bahan kimia karena nanti sungai dan alam akan tercemar. Kami gelap-gelap melewati sebuah jembatan dan kami saling bergandengan. Setelah selesai dan kami ingin kembali ke rumah nah baru teman-teman dari kelompok lain berdatangan. Sesampainya di rumah kami sholat dan beres-beres karena mengingat sebentar lagi kami akan meninggalkan Badui. Pagi hari juga kami dihidangkan makanan dari masakan Ambo dan kami pun memakannya. Tidak lama kemudian kami diberikan instruksi jam 06.00 WIB kami berkumpul dan melanjutkan perjalanan meninggalkan Badui.

Kami pun meninggalkan Badui dan tracking menuju Terminal Cijahe, dan saat tracking turun aku menggunakan jasa Porter anak Badui. Setelah melewati berbagai jalan yang becek karena sempat hujan, kami sampai di Terminal Cijahe dan kemudian bersih-bersih karena alas kaki dan celana kotor terkena lumpur. Setelah itu kami masuk shuttle dan melanjutkan perjalanan menuju Terminal Ciboleger. Karena adanya suatu kendala, kami berhenti di depan gerai toko dan akhirnya bus yang menhampiri kami. Kami melanjutkan perjalanan untuk ke Bandung dan di tengah perjalanan kami berhenti untuk makan siang dan sholat. Bergegas lagi kemudian kamu melanjutkan perjalanan menuju salah satu Hotel di Kawasan Paskal Bandung, Jawa Barat. 

Sekitar pukul 20.00-21.00 WIB kami sampai dan aku ditugaskan menjadi penanggungjawab kamar sehingga mengambil dan memegang kunci kamar. Setelah itu kami menaruh barang ke kamar dan kembali lagi ke lantai bawah untuk makan malam yang dilanjutkan dengan pengarahan dosen mengenai penugasan dan pengarahan dari biro untuk perjalanan esok hari. Sudah selesai dan akhirnya aku dan tiga temanku ke kamar dan sholat, mandi bergantian. Setelah tengah malam kami ingin keluar jalan-jalan dan menjadi makanan atau jajan, yah namun sayang sekali semua sudah pada tutup. Okey, aku, Dinda, Hawa, dan Pingkan kembali ke kamar dan memutuskan untuk beli melalui online. Setelah makan-makan kami akhirnya tidur karena merasa kecapean. 

Pada pagi hari kami bergegas untuk sholat, mandi, dan beres-beres kamar hotel karena selepas sarapan kami akan langsung check out. Setelah selesai sarapan kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Kesbangpol Jawa Barat. Nah karena mengingat adanya pembatasan, jadi bus satu secara langsung ke Kesbangpol dan bus dua maupun tiga menuju Hotel Fabu untuk mendengarkan materi dari Bapak Herry Pasya Sumbada, A. TD. sebagai Kepala Bidang Politik Dalam Negeri. Beliau menjelaskan mengenai peran Bakesbangpol dan pembangunan politik di Jawa Barat. Setelah materi dari Kesbangpol selesai, Pendidikan Sosiologi memberikan sebuah kenang-kenangan. 

Setelah itu kami makan siang dan selanjutnya mendatangkan salah satu pihak dari Saritem untuk diwawancarai. Kepada teman-teman dan dosen pun memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait Saritem tersebut. Sudah selesai semua kegiatan di Hotel Fabu, kami beranjak ke Kampung Toleransi Gang Luna. Kami berjalan kaki untuk memasukin gang untuk menuju Balai pertemuan. Di katakan Kampung Toleransi diresmikan pada 20 agustus 2017. Mengapa dikatakan Kampung Toleransi?


         Karena dalam kampung tersebut terdapat 4 vihara, 4 gereja, dan 2 masjid, di mana kultur berdampingan dan masjid dengan vihara berdampingan, dan sebagainya. Kami dibagikan kelompok untuk muter-muter jalan-jalan. Aku dan sekelompok menuju Vihara Dharmaramsi, kemudian menuju masjid dan sekalian untuk melaksanakan sholat. Di Kampung Toleransi kami cepat-cepat karena memburu waktu untuk ke Farm House. Dan kebetulan kami di Patwal sehingga bebas arus dan tidak terlalu macet atau lama di jalan. 
           Sesampainya di Farm House kami mengambil tiket masuk masing-masing orang satu. Dan sebelum masuk kami menukarkan tiket dengan satu botol susu. Di Farm House ini kita bebas ingin jalan-jalan dan berfoto-foto. Ya sebagai anak muda karena tempatnya pas dan sangat bagus dengan adanya berbagai spot foto maka kami banyak-banyak foto di sana.



      Ini adalah salah satu foto bersama bareng Ibu Dosen di Farm House. Farm House terletak di daerah Lembang Bandung. Suasana Lembang yang dingin, Farm House dengan banyak binatang dan pohon tanaman-tanaman yang asri dan indah sangat menyejukkan mata. Karena Farm House tutup pukul 18.00 WIB maka kami bergeas untuk keluar dari area Farm House. Dan saat itu juga kami kembali masuk bus dan melanjutkan perjalanan menuju tempat makan di Lembang. Sesampainya di tempat makan, dinginnya udara Lembang sangat terasa sampai-sampai aku menggigil ketika ambil air wudhu. Setelah selesai makan dan sholat kami melanjutkan perjalanan menuju pusat oleh oleh. 

Di pusat oleh-oleh aku beli beberapa jajan pesanan dari Ibu dan beberapa jajan yang aku inginkan. Dan aku syok melihat belanjaanku dan ternyata habis banyak, huhu. Setelah itu, kami pun full melanjutkan perjalanan tanpa berhenti lagi sampai Yogyakarta. Pada sekitar pukul 04.00 WIB kami semua satu rombongan sampai di depan gerbang Rektorat Universitas tercintah. Aku, Rahmi, dan Nabila pulang bersama menggunakan transportasi online. Dan karena kost aku belum dibuka, akhirnya aku menumpang di kost Hawana sampai siang karena ketiduran.


TAMAAAATTTTTTT>>> 


Minggu, 08 Januari 2023

ANALISIS RISIKO BENCANA PANDEMI COVID-19

 

Nama          : Ananda Rahmawati Susilo

NIM           : 21413241014

Kelas          : A- 2021

Prodi          : Pendidikan Sosiologi

Mata Kuliah    : Masyarakat Risiko

Dosen         :    1. Prof. Dr. Siti Irene Dwiningrum, M.Si.

                        2. Aris Martiana, M.Si.

 

Analisalah risiko bencana wabah penyakit Covid-19 dengan kajian masyarakat risiko!

 

Sumber: https://kominfosandi.kamparkab.go.id

 

Pandemi COVID-19 yang melanda hampir setiap negara di dunia telah menyebabkan jutaan infeksi dan kematian. Pandemi menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan politik, mempengaruhi sebagian besar orang dan negara di dunia. Pandemi memaksa pemerintah Indonesia mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), selama penerapan kebijakan ini, semua aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi.

Bencana wabah penyakit Covid-19 memiliki risiko karena terdapat probalitas kerugian fisik pada proses teknologis. Covid-19 merupakan salah satu contoh bencana non alam yang diakibatkan oleh suatu peristiwa. 

Mengapa dikatakan bencana??? 

.

.

.

Covid-19 dikatakan sebagai bencana karena di dalam kejadiannya dapat menyebabkan terganggunya kondisi normal dan dapat menyebabkan penderitaan melebihi kapasitas penyesuaian yang terkena dampak. Melihat dengan adanya pandemi Covid-19, menimbulkan kerugian seperti banyaknya jumlah kematian berdasarkan data statistic pada https://github.com/CSSEGISandData/COVID-19, jumlah kasus sepanjang waktu mencapai 6.72 juta dan meninggal sejumlah 161 rb jiwa. Hal tersebut terjadi secara tiba-tiba dan perlahan. Sehingga Covid-19 dikatakan sebagai bencana non alam.

Risiko bencana akibat wabah pandemi Covid-19 yaitu kematian, kehilangan harta benda dan orang tersayang, dan gejala psikologis trauma terhadap bencana. Oleh karena itu, Covid-19 dapat menyebabkan berbagai macam risiko seperti risiko fisik ekologis, sosial, dan mental.

-         Risiko fisik ekologis adalah risiko kerusakan fisik pada manusia dan lingkungannya. Pandemi Covid-19 menyebabkan kerusakan pada manusia hingga banyaknya kematian akibat kasus pandemi Covid-19.

-           Risiko sosial adalah risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan dan lingkungan sosial. Dengan adanya pandemi Covid-19, pemerintah menetapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sehingga banyak masyarakat hanya berdiam dan melakukan aktivitas di rumah saja. Hal tersebut menyebabkan minimnya sosialisasi antar masyarakat yang mungkin saja dapat merusak lingkungan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

-             Risiko mental adalah risiko dengan hancurnya bangunan psikis, berupa perkembangan bentuk abnormal, penyimpangan, atau kerusakan psikis lainnya. Banyak para pekerja yag terkena PHK akibat pandemi, serta banyaknya keluarga kelas menengah ke bawah memiliki perekonomian yang merosot. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan mental masyarakat. Dan juga dapat muncul sikap kecemburuan yang kemudian berkembang menjadi penyimpangan, seperti adanya pencurian, perampokan, dan lain sebagainya.

Dengan adanya wabah penyakit Covid-19 yang berkepanjangan tersebut, sebagai masyarakat yang terdampak memerlukan berbagai modal sosial untuk menangani bencana tersebut. Sehingga peran modal sosial diperlukan dalam menggerakkan masyarakat untuk aktif dalam melaksanakan strategi upaya pencegahan dan penanganan Covid-19. Maraknya kasus Covid-19 memberikan kesadaran kepada kelompok-kelompok masyarakat untuk saling menangani dan memutus penyebaran Covid-19. Jejaring pada kelompok dengan membentuk Bonding Social Capital (ikatan antar orang dalam situasi yang sama) dapat membangun terbentuknya solidaritas antar masyarakat. Masyarakat memahami apa yang dirasakan oleh masyarakat lainnya.

Suatu kerja sama oleh kelompok sosial dalam penyelesaikan permasalahan pandemi dapat melalui tindakan bersama untuk mencapai tujuan bersama. Adanya kepercayaan, sikap terbuka terhadap informasi, saling menghargai menjadi faktor yang berpengaruh pada modal sosial. 

Misalnya, banyak jejaring kelompok yang membentuk aksi dalam mendukung penanganan bencana Covid-19 dengan mengingatkan cara hidup bersih dan membantu perekonomian masyarakat. Selain itu, terdapat banyak jejaring kelompok yang membentuk solidaritas seperti membagikan masker, hand sanitizer, sembako, dan melakukan sosialisasi mengnai penanganan wabah Covid-19. Oleh karena itu, peran modal sosial seperti jejaring bermanfaat dalam penanganan risiko mitigasi dan bersifat penting sehingga perlu dipertahankan sebagai bentuk perwujudan dalam proses pemulihan bencana terhadap lapisan masyarakat.

Selain itu, risiko pandemi Covid-19 dapat menyebabkan kemrosotan ekonomi masyarakat. Di mana bencana Covid-19 yang terjadi mengungkapkan ketimpangan pada masyarakat berpenghasilan rendah karena tidak memiliki kekuatan sosial, politik, dan ekonomi. Keluarga menjadi sumber modal sosial pada kekuatan ekonomi yang dapat dipulihkan melalui ikatan keluarga. Kerabat dan tetangga dapat menghasilkan modal sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dan juga lembaga sosial berfungsi sebagai penopang pada saat pandemi Covid-19. Banyaknya kebijakan pemerintah yang diberlakukan seperti adanya kebijakan PSBB, 3M, bantuan sosial, bantuan UMKM, mengadaan vaksin, dan lain sebagainya. Pentingnya program-program pemerintah dapat meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. 

Permasalahan Budaya Organisasi Pada Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis

UJIAN TENGAH SEMESTER PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA Nama                           : Ananda Rahmawati Susilo NIM            ...